Monday, March 26, 2018

Niat Dia Menulis Buku



Dia menyeruput segelas es susu yang dia beli di sebuah warung kelontong. Dia terduduk dan kemudian menyadari ada sesuatu yang hilang. Ya.. keyakinannya untuk memulai menulis seketika hilang. Ambisinya dulu yang ingin membuat sebuah buku, sekarang musnah sudah. Semangatnya lama kelamaan luntur. Entah apa sebabnya. Dia merasa bingung dan mencoba mencari alasan tersebut, dengan menelusuri sebuah novel epic dari seorang penulis terkenal. Penulis yang sudah menorehkan karya berupa novel yang laris manis di pasaran. Siapa yang tidak mengenal Tere Liye. Sosok misterius yang jarang terlihat hilir mudik di media berita manapun. Jarang saya temui, kecuali beberapa quotes yang sering dia publikasikan di dinding media sosial sederhana miliknya. Ya.. sosok itulah yang kemudian mengarahkan tangan ini untuk menulis sebuah tulisan sederhana.

Niatnya untuk mencari alasan dibalik kemalasannya itu kemudian menemukan jalannya. Dia membuka handphone dan mulai menelusuri history dari chattingannya di media whatsapp. Kemudian tanpa dia sadari matanya sudah bergerak membaca sebuah tulisan yang membahas tentang peran niat. Apa? Niat? Seketika itu dia ingat sebuah hadis mahsyur yang sangat terkenal dan shahih. Hadits dari seorang sahabat sekaligus khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ya… namanya Umar bin Khaththab. Siapa yang tidak kenal beliau.
Dijelaskan dalam kitabnya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menyebutkan hadits tersebut yang berbunyi

Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata: “Sesungguhnya amalan-amalan itu ada dengan niat dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada perkara dunia yang akan dia dapatkan atau wanita yang akan dia nikahi, maka hijrahnya adalah kepada tujuan dia berhijrah.” (Hadits riwayat Imam Bukhari nomor 6689 dan Muslim nomor 1907).

Hadits tersebut merupakan mizan bagi amal bathin (tolak ukur bagi amalan secara bathin), karena hadits ini berbicara tentang suatu amalan hati yang penting yaitu niat.
Maka kemudian beliau menyebutkan yang dimaksud dengan niat adalah:

“Tujuan seorang di dalam beramal dalam rangka bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah subhanahu wa Ta’ala serta mengharap keridhaan dan pahala dari Allah subhanahu wa Ta’ala.”

Oleh karena itu istilah niat mencakup dua hal, yaitu:
1.       Niyatul amal (tujuan beramal)
Apakah seorang melakukan suatu amalan untuk ibadah atau sekedar rutinitas?

2.       Niyatul ma’mul lahu (untuk siapa seorang itu beramal)
Apakah amalan yang dia lakukan dari ibadah yang dia lakukan karena Allah subhanahu wa Ta’ala atau karena sesuatu yang lain.

Setelah membaca tulisan yang dia dapatkan dari grup Bimbingan Islam tersebut, kemudian dia berpikir, apakah selama ini dia niat untuk membuat buku hanya untuk mencapai perkara dunia? Atau untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan membagikan ilmunya?  Sekarang dia mencoba berpikir lebih keras, sebelum memulai tujuannya tersebut. Mungkin saja kemalasan yang selama ini dia alami karena akibat niat dia yang salah dari awal?!

0 komentar:

Post a Comment

Silakan, setelah download / baca artikel saya .. mohon tinggalkan komentar.. :)
terima kasih kedatangannya.. selamat datang kembali :D